Beranda | Artikel
Seorang Mukmin Takut Amalnya Batal Dalam Keadaan Ia Tidak Menyadarinya
Sabtu, 31 Agustus 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Seorang Mukmin Takut Amalnya Batal Dalam Keadaan Ia Tidak Menyadarinya adalah bagian dari kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 8 Sya’ban 1440 H / 14 April 2019 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Ciri-Ciri Orang Meninggal Masuk Surga

Kajian Hadits Tentang Seorang Mukmin Takut Amalnya Batal Dalam Keadaan Ia Tidak Menyadarinya

Kita sebagai seorang mukmin harus punya rasa khawatir/rasa takut bila amal kita dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena saat kita melakukan pembatal-pembatal amal, menyebabkan akhirnya amal yang banyak kita lakukan itu ternyata sia-sia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Banyak sekali perbuatan-perbuatan yang menyebabkan amal kita menjadi ditolak. Diantaranya:

1. Syirik

Syirik baik yang besar maupun yang kecil. Adapun syirik besar maka ini membatalkan seluruh amal. Sedangkan syirik kecil membatalkan amal yang terkena saja. Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 65:

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

Apabila kamu berbuat syirik, maka amalmu pasti akan batal.” (HR. Az-Zumar[39]: 65)

Dalam hadits qudsi Allah Ta’ala berfirman:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Aku yang paling tidak butuh kepada sekutu. Siapa yang mempersekutukan Aku dalam amal, maka Aku akan meninggalkan dia dan perbuatan syiriknya itu.” (HR. Muslim)

2. Bid’ah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa yang mengada-ada dalam urusan kami ini, apa-apa yang tidak berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

3. Mendustakan Takdir

Sebagaimana Abdullah bin Umar berkata dalam riwayat Muslim. Kata beliau:

وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ، مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ

“Demi Dzat yang aku bersumpah dengannya, kalaulah salah seorang dari mereka menginfakkan emas sebesar gunung uhud, Allah tidak akan menerima sampai mereka beriman kepada takdir.”

4. Tidak Menjaga Shalat

Shalat yang tidak kita jaga sungguh-sungguh yang mengakibatkan shalat kita rusak. Karena rusaknya shalat itu bisa merusak amalan yang lain. Sebagaimana dalam hadits riwayat An-Nasa’i dan Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab nanti pada hari kiamat yaitu shalat. Apabila shalatnya benar, maka ia telah sukses dan beruntung. Dan siapa yang shalatnya rusak, sungguh ia telah merugi.”

5. Meninggalkan Shalat Ashar

Sebagaimana dalam riwayat Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه

“Siapa yang meninggalkan shalat Ashar maka sungguh batal amalnya.”

Apa maksud batalnya amal bagi orang yang meninggalkan shalat Ashar?

Ada dua makna. Makna yang pertama apabila ia meninggalkan shalat ashar karena mengingkari kewajiban shalat, maka yang seperti ini batal seluruh amalannya. Tapi kalau misalnya ia meninggalkan shalat Ashar karena malas, maka ini ikhtilaf para ulama, apakah batal amalannya seluruhnya alias kafir -ini adalah pendapat imam Ahmad- atau dia tidak kafir.  Maka batal yang dimaksud di sini yaitu batal amalan di hari itu. Ini ikhtilaf para ulama.

6.  Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal

Hal ini sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Siapa yang mendatangi dukun, lalu ia bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima 40 hari.”

7. Berbuat Dzalim Kepada Orang Lain

Karena setiap kedzaliman itu akan kita bayar dengan amal. Sebagaimana dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah menzalimi seseorang hendaknya segera ia minta maaf sebelum nanti di hari kiamat tidak lagi bisa dibayar dengan dinar dan dirham, sebelum akan diambil kebaikan-kebaikan oleh saudaranya yang didzalimi tersebut. Kalau ternyata ia tidak punya kebaikan maka dosa orang yang dizalimi itu akan diberikan kepadanya.” (Muttafaqun alaih)

8. Memelihara Anjing Tanpa Kebutuhan

Sebagaimana sabda dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنِ اقْتَنَى كَلْبًا إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ ضَارِى نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ

“Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak dua qiroth.” (HR. Muslim)

9. Bersumpah Atas Nama Allah Bahwa Seseorang Tidak Akan Diampuni oleh Allah

Ini bisa membatalkan amal juga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim bahwa kata Rasulullah ada dua orang yang satu shalih dan yang satu suka berbuat maksiat. Suatu hari orang shalih tersebut menemukan temannya sedang berbuat maksiat. Lalu kemudian dia menasehati orang yang berbuat maksiat tersebut. Tapi ternyata orang yang berbuat maksiat ini marah dan berkata:

عَلَيْكَ بِنَفْسِكَ

“Urus saja dirimu sendiri.”

Kemudian suatu ketika yang lain orang shalih ini melihat temannya berbuat maksiat lagi, lalu dinasehati lagi. Maka temannya ini marah lagi dan berkata, “Urus saja dirimu sendiri.”

Kemudian yang ketiga kalinya orang shalih ini menemukan temannya berbuat maksiat, dinasehati lagi. Rupaya temannya ini kembali berkata, “Urus saja dirimu sendiri.” Rupanya orang shalih ini marah lalu berkata:

وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ

“Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni dosamu.”

Mendengar itu Allah murka lalu Allah berfirman:

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ

“Siapa yang berani bersumpah atas namaKu bahwa aku tidak akan mengampuni dosa si Fulan? Maka saksikan, aku telah mengampuni dosanya dan membatalkan amal orang shalih tersebut.” (HR. Muslim)

Maka tidak boleh kita bersumpah atas nama Allah untuk mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuni dia. Karena Allah maha pengampun.

10. Berbuat Dosa saat Puasa

Terus menerus berbuat dosa saat berpuasa bisa menyebabkan amal pahala puasanya hilang. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan terus-menerus mengamalkannya, maka Allah tidak butuh kepada puasanya itu.” (HR. Bukhari)

11. Meminum Arak

Disebutkan dalam hadits yang disampaikan Syaikh Al-Bani Rahimahullah, dikeluarkan oleh Tirmidzi dan Nasa’i:

مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ صَلَاتُهُ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Siapa yang minum arak, tidak diterima shalatnya 40 hari, tapi jika ia bertaubat Allah terima taubatnya.”

12. Hutang

Jika kita tidak membayar hutang di dunia, maka kita akan membayar dengan amal shalih kita.

13. Melanggar Keharaman Allah Disaat Sendiri

Ketika kita sendiri, kita tidak punya rasa takut kepada Allah. Bedakan dengan orang yang saat dia sendiri pun sebetulnya dia menjauhi dosa. Tapi terkadang saat angin maksiat kuat, syahwat juga kuat, ia jatuh kepada dosa tapi dia segera taubat. Ini berbeda dengan orang yang di depan orang kelihatan shalih tapi pas sendirian dia tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah yang akan Allah batalkan amalannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang nanti pada hari kiamat membawa pahala-pahala sebesar gunung-gunung Tihamah, lalu Allah jadikan ia hancur lebur.”

Lalu Tsauban berkata, ‘Wahai Rasulullah tolong jelaskan supaya kami tidak termasuk golongan mereka dalam keadaan kami tidak tahu.”

Lalu Rasulullah bersabda, “Mereka saudara-saudara kalian juga, mereka mengambil malam sebagaimana kalian ambil. Akan tetapi mereka apabila bersendirian dengan keharaman Allah, mereka berani untuk melanggarannya.” (HR. Ibnu Majah)

Artinya takutnya hanya ketika di depan orang saja. Tapi ketika sendiri, dia tidak takut kepada Allah.

14. Berbuat Jahat di Kota Madinah

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الْمَدِينَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا، وَلَا عَدْلًا

“Kota Madinah itu haram, batasannya dari gunung ‘Air sampai gunung Tsaur. Maka siapa yang berbuat keburukan atau melindungi orang yang berbuat buruk di situ, maka dia mendapatkan laknat Allah, Malaikat dan seluruh Manusia. Dan Allah tidak akan terima shalat wajib dan shalat sunnahnya.” (HR. Muslim)

15. Durhaka Kepada Orang Tua dan Orang Yang Memutuskan Silaturahim

Dalam hadits yang dihasankan oleh Syaikh Albani Rahimahullah:

لَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ

“Amalan orang yang memutuskan silaturahim itu tidak akan diterima.”

Kata para ulama, kalau memutuskan silaturahim dengan saudara saja menyebabkan amal gak diterima, apalagi sama orang tua.

16. Mengungkit Kebaikan

Mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah kita berikan kepada orang lain, apalagi kalau disertai dengan menyakiti hati. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu batalkan sedekah kamu itu dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti.” (QS. Al-Baqarah[2]: 264)

Juga disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ  وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah, tidak akan dilihat oleh Allah, dan tidak akan disucikan oleh Allah, dan bagi mereka adzab yang pedih.”

Siapa tiga orang itu?

الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ

“Orang yang memakai kain melebihi mata kaki.”

الْمَنَّانُ عَطَاءَهُ

“Orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya.”

الْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

“Orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah dusta.”

Saudaraku, orang yang mengungkit pemberian itu bukan hanya sebatas Allah tidak lihat, tidak ajak bicara, tidak disucikan oleh Allah, bahkan amalannya pun dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simak pada menit ke-18:50

Download MP3 Kajian Hadits Tentang Seorang Mukmin Takut Amalnya Batal Dalam Keadaan Ia Tidak Menyadarinya


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47620-seorang-mukmin-takut-amalnya-batal-dalam-keadaan-ia-tidak-menyadarinya/